Berita Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.
Uang Rakyat di Meja Kekuasaan

By On Senin, Agustus 11, 2025

Foto ilustrasi. 

Oleh: Firdaus Arifin 

DI MEJA kekuasaan, tak ada uang yang benar-benar disebut “uang kekuasaan”. Semua datang dari satu sumber: rakyat. Dari gaji guru yang dipotong pajak, dari keringat petani yang membeli pupuk, dari pekerja yang diam-diam membayar PPN di setiap pembelian.

Filsuf politik John Locke pernah menjelaskan dalam Second Treatise of Government bahwa pemerintah hanyalah trustee, penjaga titipan rakyat, bukan pemiliknya. Di atas meja itu, uang rakyat berubah bentuk. Ia menjadi anggaran. Ia menjadi pos belanja. Ia menjadi angka-angka yang dingin.

Dan ketika angka itu berpindah dari buku APBN ke ruang rapat, jarak antara “rakyat” dan “uangnya” menjadi begitu jauh. Meja itu menjadi tempat di mana kepentingan dinegosiasikan, janji dibungkus kata, dan prioritas diurutkan—bukan oleh yang membayar, tapi oleh yang memegang pena.

Kekuasaan selalu punya bayangannya sendiri. Uang rakyat yang sampai ke meja kekuasaan jarang datang sendirian; ia membawa bayangan kepentingan.

Thomas Jefferson pernah memperingatkan bahwa kebebasan akan memudar ketika publik lupa bahwa uang negara berasal dari rakyat (surat kepada Albert Gallatin, 1809). Sebagian bayangan itu memang sah—jalan dibangun, sekolah diperbaiki, rumah sakit diperluas.

Sebagian lainnya samar, bergerak di sudut-sudut gelap birokrasi. Bayangan itu bisa berupa proyek mercusuar yang tak pernah selesai, perjalanan dinas yang lebih mirip liburan, atau paket bantuan yang menjadi alat kampanye.

Dalam bayangan, uang rakyat kehilangan wajah awalnya dan mengenakan topeng yang sesuai kebutuhan penguasa.

Di negeri ini, pesta anggaran bisa terasa lebih meriah daripada pesta rakyat. Ekonom peraih Nobel, Amartya Sen, menulis dalam Development as Freedom (1999) bahwa pembangunan sejati adalah proses memperluas kebebasan yang nyata dimiliki manusia.

Namun di kota yang sama, rakyat antre membeli beras murah, sementara di hotel bintang lima, pejabat menandatangani kontrak proyek dengan jamuan makan malam. Ada ironi yang tak pernah hilang: anggaran negara disebut sebagai “hasil kerja keras pemerintah”, padahal sumbernya adalah kerja keras rakyat.

Dalam pesta kekuasaan, jarang ada kursi untuk mereka yang membayar pesta itu. Tak semua uang rakyat dibelanjakan dengan gegap gempita. Ada pos-pos sunyi yang tak masuk berita: biaya sidang yang tak membuahkan keputusan, dana riset yang disimpan sampai hangus, atau bantuan yang berhenti di gudang karena lupa distribusi.

Michel Foucault tidak pernah menulis kalimat ini persis, tapi dalam Discipline and Punish ia menjelaskan bahwa kekuasaan sering bekerja justru melalui prosedur-prosedur sunyi yang tampak netral, tapi menentukan arah kebijakan.

Setiap rupiah yang mengendap tanpa manfaat adalah kesempatan yang hilang—mungkin untuk membangun puskesmas di kampung terpencil, mungkin untuk menambah beasiswa anak nelayan.

Uang rakyat yang sampai di meja kekuasaan sering menjadi alat tukar. Tukar suara di parlemen. Tukar dukungan di pilkada. Tukar diamnya media. Tukar setia di partai politik.

Antonio Gramsci, dalam Prison Notebooks, menulis bahwa hegemoni bekerja bukan hanya melalui paksaan, tetapi juga melalui persetujuan yang sering dibangun dengan dukungan material.

Di dalam permainan itu, logika pembangunan dikalahkan oleh logika politik. Ketika uang rakyat menjadi chip dalam perjudian kekuasaan, maka yang kalah bukan sekadar kas negara—tapi martabat publik.

Kekuasaan punya ingatan yang aneh. Ia mengingat siapa yang mendukung, tapi sering lupa siapa yang membayar. Dalam lupa itu, kata “uang negara” perlahan menggantikan “uang rakyat”.

George Orwell tidak menulis kalimat “menguasai bahasa adalah menguasai pikiran” secara persis, tetapi dalam Politics and the English Language dan novel 1984 ia menunjukkan bahwa bahasa dapat membentuk kesadaran.

Menghapus rakyat dari bahasa berarti menghapus rakyat dari tujuan kebijakan. Di meja kekuasaan, pertanyaan tentang uang rakyat jarang terdengar lantang. Siapa yang berani bertanya, sering dianggap mengganggu.

Padahal pertanyaan sederhana seperti “Mengapa ini lebih penting dari itu?” atau “Siapa yang benar-benar akan merasakan manfaatnya?” adalah inti dari demokrasi.

Jürgen Habermas, dalam Between Facts and Norms (1992), menjelaskan bahwa legitimasi demokrasi hanya hidup jika publik dapat menguji alasan-alasan kebijakan secara bebas. Tanpa itu, demokrasi hanyalah upacara tanpa tanggung jawab.

Uang rakyat tidak pernah sepenuhnya milik negara. Ia hanya dititipkan. Dan setiap titipan membawa kewajiban untuk dikembalikan dalam bentuk yang lebih baik: jalan yang lebih aman, sekolah lebih layak, rumah sakit yang lebih lengkap, lingkungan lebih bersih.

Memulangkan uang rakyat berarti mengembalikan kepercayaan. Karena setiap rupiah yang diselewengkan, disia-siakan, atau dipakai untuk kepentingan sempit adalah utang moral yang tak bisa dibayar hanya dengan laporan keuangan.

Di akhir semua ini, meja kekuasaan hanyalah perantara. Uang rakyat lahir dari bawah, harus kembali ke bawah. Kekuasaan adalah pelayan dari arus itu, bukan pemiliknya.

Namun sejarah menunjukkan, arus itu sering terhenti di tengah jalan. Sebagian karena korupsi. Sebagian karena kebijakan yang buruk. Sebagian lagi karena kita, rakyat, terlalu diam.

Mungkin saatnya kita menggeser kursi. Duduk lebih dekat ke meja itu. Menanyakan, memeriksa, dan mengingatkan: uang yang ada di sana adalah milik kita. Dan seperti diingatkan Jefferson pada 1816, pemerintah yang lupa asal-usul uangnya akan segera lupa pada rakyatnya.

Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat


Sumber: Kompas.com

Ini Sosok Jenderal Tandyo Budi Revita, Wakil Panglima TNI yang Dilantik Prabowo

By On Minggu, Agustus 10, 2025

Jenderal TNI Tandyo Budi Revita

JAKARTA, DudukPerkara.News – Presiden Prabowo resmi melantik Jenderal TNI Tandyo Budi Revita sebagai Wakil Panglima TNI.

Acara pelantikan digelar dalam rangkaian acara upacara gelar pasukan operasional dan kehormatan militer di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar).

“Pelantikan Wakil Panglima TNI kepada Jenderal TNI Tandyo Budi,” demikian pengumuman dalam acara yang diikuti dengan penyematan tanda bintang kepada Tandyo oleh Prabowo, Minggu, 10 Agustus 2025.

Sebelumnya, Jenderal TNI Tandyo Budi Revita menjabat sebagai Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) sejak Februari 2024.

Perwira tinggi TNI Angkatan Darat lulusan Akademi Militer tahun 1991 itu dikenal memiliki latar belakang kecabangan Infanteri (Kostrad), dengan jejak karier yang panjang dan strategis di tubuh TNI.

Tandyo lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 21 Februari 1969, dari pasangan ayah seorang guru dan ibu rumah tangga. Ia berasal dari keluarga militer, kakaknya, Mayjen TNI (Purn) Nugroho Budi Wiryanto, juga pernah menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi dan Wakil Irjenad.

Karier Militer dan Pendidikan

Tandyo meniti karier militer sejak menjadi anggota Tim Khusus Combat Intelligence Yonif Linud 330/Tri Dharma pada tahun 1995. Ia kemudian dipercaya memegang berbagai jabatan penting, antara lain:

Danyonif Linud 330/Tri Dharma

Danbrigif Linud 17/Kujang I

Asops Kasdam VII/Wirabuana

Danrindam IX/Udayana

Danmentar Akmil

Danrem 142/Taroada Tarogau

Ia juga pernah menjabat di lingkungan Kementerian Pertahanan, termasuk sebagai:

Dir Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan

Dirrah Komhan Ditjen Strahan Kemhan

Kepala Badiklat Kemhan (2021–2023)

Jabatan strategis lainnya adalah sebagai Pangdam IV/Diponegoro pada tahun 2023–2024, sebelum kemudian naik menjadi Wakasad.

Pendidikan Militer

Untuk menunjang karier militernya, Tandyo telah mengikuti berbagai pendidikan militer bergengsi, seperti:

Akademi Militer (1991)

Sesarcab Infanteri

Dik PARA & PARA Madya

Dik Pemburu

Diklapa I & II

Dikreg XLIV Seskoad (2006)

Sesko TNI

Lemhannas RI

(*/red)

Komdigi Sebut Kerugian Finansial dari Kejahatan Siber Capai Rp 476 Miliar

By On Minggu, Agustus 10, 2025

Wamen Komdigi, Nezar Patria. 

JAKARTA, DudukPerkara.News – Kejahatan siber dari periode November 2024 hingga Januari 2025 telah menyebabkan kerugian finansial hingga mencapai Rp 476 miliar.

Demikian dikatakan Wakil Menteri (Wamen) Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria kepada wartawan, Sabtu, 09 Agustus 2025.

“Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, sepanjang November 2024 hingga Januari 2025, tercatat kerugian finansial akibat kejahatan siber mencapai Rp476 miliar,” ujarnya. 

Menurutnya, hingga pertengahan 2025, terdapat 1,2 juta laporan penipuan digital yang masuk ke sistem pengaduan publik.

“Angka-angka ini bukan sekadar statistik; ini adalah peringatan bahwa kita harus bertindak cepat dan bersama,” ujarnya.

Dia mengatakan, perlu ada penguatan perlindungan bagi warga Indonesia di ruang digital, sekaligus memastikan kedaulatan teknologi nasional.

“Hal ini tidak hanya dapat diwujudkan melalui penguatan regulasi dan literasi digital, tetapi juga melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan artifisial (AI) untuk mendeteksi dan mencegah kejahatan siber sejak dini,” ucapnya.

Ia menegaskan, bahwa teknologi harus digunakan sebagai alat untuk memperkuat pertahanan masyarakat, bukan justru sebaliknya.

Nezar menambahkan, visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya kemandirian teknologi nasional yang berbasis pada kemampuan dalam negeri.

“Indonesia tidak boleh menjadi korban dari kolonialisme digital dan eksploitasi data oleh kekuatan asing,” jelasnya. (*/red)

Duduk Perkara Kasus Korupsi Proyek RSUD yang Menyeret Bupati Koltim Jadi Tersangka KPK

By On Minggu, Agustus 10, 2025

KPK menetapkan Bupati Kolaka Timur, Abdul Azis sebagai tersangka terkait kasus pembangunan rumah sakit daerah di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara


JAKARTA, DudukPerkara.News – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Kolaka Timur (Koltim), Abdul Azis sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan peningkatan fasilitas RSUD Kelas D/Pratama menjadi Kelas C di Kabupaten Kolaka Timur. Ia ditangkap usai Rakernas Partai Nasdem.

Abdul Azis ditetapkan sebagai tersangka bersama empat orang lainnya, yaitu Andi Lukman Hakim selaku PIC Kemenkes untuk Pembangunan RSUD; Ageng Dermanto selaku PPK proyek Pembangunan RSUD di Kolaka Timur; Deddy Karnady selaku pihak swasta PT PCP; dan Arif Rahman selaku pihak swasta PT PCP.

“Menetapkan lima orang tersangka sebagai berikut: ABZ (Bupati Kolaka Timur Abdul Azis), ALH (Andi Lukman Hakim), AGD (Ageng Dermanto), DK (Deddy Karnady), AR (Arif Rahman),” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih, Jakarta, Sabtu, 09 Agustus 2025.

Asep mengatakan, pada Desember 2024 diduga terjadi pertemuan antara pihak Kementerian Kesehatan dengan lima konsultan perencana untuk membahas basic design atau desain dasar RSUD yang didanai oleh DAK.

Kemudian, pihak Kemenkes membagi pekerjaan pembuatan basic design 12 RSUD ke para rekanan, dengan cara penunjukan langsung di masing-masing daerah. Sementara, Basic Design proyek pembangunan RSUD Kabupaten Kolaka Timur dikerjakan oleh Nugroho Budiharto selaku pihak swasta PT PA.

Pengaturan Agar PT PCP Menang Lelang

Asep mengatakan, pada Januari 2025 terjadi pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur dengan pihak Kemenkes untuk membahas pengaturan lelang pembangunan rumah sakit tipe C di Kolaka Timur.

“Diduga AGD (Ageng Dermanto) juga memberikan sejumlah uang kepada ALH (Andi Lukman Hakim),” ujarnya.

Selanjutnya, Abdul Azis bersama Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Gusti Putu Artana dan Kepala Dinas Kesehatan Nasri menuju Jakarta diduga untuk melakukan pengondisian agar PT PCP memenangkan lelang Pembangunan RSUD Kelas C Kabupaten Kolaka Timur yang telah diumumkan pada situs LPSE Kolaka Timur.

Pada Maret 2025, Ageng Dermanto selaku PPK melakukan penandatanganan Kontrak Pekerjaan Pembangunan RSUD Kabupaten Kolaka Timur dengan PT PCP senilai Rp 126,3 miliar.

Penyerahan Uang

Penyerahan uang Pada akhir April 2025, Ageng Dermanto berkonsultasi dan memberikan uang senilai Rp 30 juta kepada Andi Lukman Hakim di Bogor.

Kemudian, pada periode Mei-Juni, PT PCP melalui Deddy Karnady melakukan penarikan uang sekitar Rp 2,09 miliar.

“Uang tersebut selanjutnya diserahkan kepada Sdr. AGD (Ageng Dermanto) senilai Rp 500 juta di lokasi pembangunan RSUD Kabupaten Kolaka Timur,” ujarnya.

Deddy Karnady disebut juga menyampaikan permintaan dari Ageng Dermanto kepada rekan-rekan di PT PCP terkait komitmen fee sebesar delapan persen.

Pada Agustus 2025, Deddy Karnady kemudian melakukan penarikan cek Rp 1,6 miliar yang selanjutnya diserahkan kepada Ageng Dermanto.

Ageng Dermanto kemudian menyerahkan ke Yasin selaku staf dari Abdul Azis.

“Penyerahan dan pengelolaan uang tersebut diketahui oleh Sdr. ABZ (Abdul Azis) yang di antaranya untuk membeli kebutuhan Sdr. ABZ,” ujarnya.

Asep menyebut, Deddy Karnady juga melakukan penarikan tunai sebesar Rp 200 juta yang selanjutnya diserahkan kepada Ageng Dermanto.

Selain itu, kata Asep, PT PCP juga melakukan penarikan cek sebesar Rp 3,3 miliar.

“Tim KPK kemudian menangkap Sdr. AGD dengan barang bukti uang tunai sejumlah Rp 200 juta yang diterimanya sebagai kompensasi atau bagian dari komitmen fee sebesar delapan persen atau sekitar Rp 9 miliar, dari nilai proyek pembangunan RSUD Kabupaten Kolaka Timur sebesar Rp 126,3 miliar,” jelas Asep.

Dijerat UU Tipikor

Atas perbuatannya, para tersangka pemberi suap, yakni Deddy Karnady dan Arif Rahman, dijerat Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara, Bupati Kolaka Abdul Azis, Lukman, dan Ageng selaku tersangka penerima suap dijerat Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 dan Pasal 12B UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

“KPK selanjutnya melakukan penahanan untuk 20 hari pertama, terhitung tanggal 8-27 Agustus 2025, di Rumah Tahanan (Rutan) Cabang KPK Gedung Merah Putih,” ucapnya. (*/red)

Hadiri HIMAS 2025, Gubernur Andra Soni: Masyarakat Adat Jaga Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

By On Minggu, Agustus 10, 2025


LEBAK, DudukPerkara.News – Gubernur Banten, Andra Soni menghadiri Peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) Tahun 2025, di Desa Guradog, Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu, 09 Agustus 2025.

Peringatan HIMAS Tahun 2025 mengusung tema Memperkuat Hak Untuk Menentukan Nasib Sendiri : Jalan Menuju Kedaulatan Pangan. Hadir dalam peringatan itu dari berbagai masyarakat adat asal Provinsi Banten dan provinsi lainnya serta masyarakat adat dari berbagai negara.

"Alhamdulillah, hari ini saya bisa membersamai masyarakat adat dan kasepuhan Guradog yang hari ini menjadi tuan rumah dari peringatan hari masyarakat adat sedunia," ujarnya.

Menurut Andra Soni, masyarakat adat memiliki kontribusi nyata dalam menjaga nilai budaya, kearifan lokal serta ketahanan sosial dan pangan daerah.

"Masyarakat Adat Nusantara bukan hanya bagian dari identitas bangsa, tetapi juga penjaga sumber daya alam yang berperan penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat, khususnya dalam sektor pangan," katanya.

Andra Soni mengatakan, kegiatan itu sebagai wadah untuk bersilaturahmi dengan sejumlah masyarakat adat, baik yang ada di Indonesia maupun dunia.

"Tadi juga kita melihat berbagai penampilan budaya, seperti kesenian rengkong dan lainnya," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi menyampaikan, Masyarakat Adat telah lebih dahulu mengedepankan kedaulatan pangan melalui cara dan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh para leluhur.

"Dari dahulu, kita Masyarakat Adat berdaulat pangan. Pangan bukan hanya makanan, tapi lahir ditanam di wilayah kita. Ditanam sesuai sistem pengetahuan kita. Dikerjakan secara gotong royong dan mengikuti ilmu pengetahuan titipan leluhur," ujarnya.

Dia mengatakan, masyarakat Adat terus menyampaikan rasa syukur pada saat hasil panen yang melimpah.

"Kita selalu merayakan dan bersyukur, kita berada di Guradog, karena tempat ini simbol Kasepuhan Banten Kidul yang melimpah pangannya," pungkasnya. (*/red)


Wabup Najib Hamas Pastikan Kolaborasi Chadra Asri dan UGM Jaga Ekosistem Laut Terus Berlanjut

By On Minggu, Agustus 10, 2025


SERANG, DudukPerkara.News - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang memastikan kolaborasi antara PT Chandra Asri Pacific Tbk dan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta akan terus berlanjut dalam upaya menjaga ekosistem laut.

Hal itu disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Serang, Muhammad Najib Hamas, usai Seminar Konservasi Ekosistem Mangrove di Wilayah Kabupaten Serang di Pendopo Bupati Serang, yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pada Jumat, 08 Agustus 2025.

"Saya hadir di seminar konservasi mangrove mewakili Ibu Bupati, menyampaikan pesan-pesan beliau dalam forum yang pertama, Pemerintah Kabupaten Serang mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, terutama kepada keluarga besar UGM yang telah bersinergi untuk KKN mahasiswa UGM yang sudah 25 hari di Kabupaten Serang di dua Kecamatan Tirtayasa dan Tanara," ujarnya.

Najib Hamas juga mengapresiasi managemen PT Chandra Asri yang telah berpartisipasi aktif untuk menyukseskan proses kolaborasi antara Pemkab Serang, PT Chandra Asri dan KKN-PPM UGM Yogyakarta.

"Beberapa hal yang sudah kita sampaikan di forum, bahwa kolaborasi ini akan terus berlanjut sesuai komitmen kita semua untuk menjaga ekosistem lingkungan, khususnya di laut," ujarnya.

Dia menjelaskan, ekosistem mangrove merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka mengurangi emisi karbon dengan menyerap CO2 dari udara selama fotosintesis.

"Yang kedua adalah untuk bersama-sama mewujudkan kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga lingkungan, khususnya lingkungan laut kita," ucapnya.

Najib Hamas juga menjelaskan, soal ekosistem mangrove terkonsentrasi di kawasan Kecamatan Tanara dan Tirtayasa. 

Menurutnya, esuai dengan mitigasi dan diskusi dengan pihak PT Chandra Asri dan KKN-PPM UGM Yogyakarta, masih ada MoU hingga Tahun 2026 mendatang.

"Insya Allah, kita akan perdalam kesepakatan-kesepakatan secara tematik bagaimana kesinambungan MoU ini bagian dari tekad kita semua untuk menjaga lingkungan kita di Kabupaten Serang, khususnya," terangnya.

Najib Hamas memastikan, kolaborasi ini akan terus berlanjut sesuai dengan tekad semua pihak, di mana beberapa perusahaan juga siap melakukan kesinambungan. 

Mengingat, kata dia, untuk wilayah masih luas dari sekitar 160 hektare, baru sekitar lima persen yang tertanami mangrove. 

"Yang tertanam (mangrove) baru lima persen dari 160 hektare, jadi masih sangat luas. Ini bagian tanggung jawab kita bersama, pemerintah daerah, akademisi, perusahaan, masyarakat, pemerhati lingkungan, dan masyarakat umum," paparnya.

"Ini bertahap sesuai perencanaan kita, tiga tahun ini, ini sudah sesuai 2028 untuk memastikan bahwa ini bagian dari kerja sama semua gotong-royong. Jadi Insya Allah industri juga punya komitmen yang sama karena proses produksi, kemudian iklim usaha itu bagian keinginan kita bersama supaya semuanya bahagia," tutupnya.

Sementara itu, Corporate Shared Value (CSV) Department Manager PT Chandra Asri Pacific Tbk, Wawan Mulyana mengatakan, pihaknya ukan hanya intervensi di wilayah Kabupaten Serang, khususnya di pesisir Serang Utara, juga wilayah pesisir Panimbang Kabupaten Pandeglang

"Tapi luasannya sangat luas di Serang Utara, kurang lebih kami akan mengintervensi sesuai dengan MoU sekitar 180-200 hektare. Kurang lebih sekitar 800 ribu pohon mangrove yang sudah tertanam di pesisir Serang Utara," ujarnya.

Di tempat yang sama, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-PPM UGM Yogyakarta, Sudaryatmo, mengapresiasi kinerja Pemda Kabupaten Serang dan PT Chandra Asri dalam masalah rehabilitasi dan pengelolaan lahan pesisir, dalam hal ini untuk konservasi mangrove. 

"Kami akan terus belajar ke sana di tempat yang sudah berjalan seperti Pandeglang, kemudian itu akan diterapkan di Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, dan sekitarnya, tentunya akan menambah pendapatan masyarakat desa," ujarnya.

Turut hadir Penjabat (Pj)Sekretaris Daerah (Sekda) Ida Nuraida, Asda I Bidang Administrasi Pemerintahan dan Kesra Haryadi, Plt Kepala Dinas Kelautan (Diskan) Suhardjo, Kepala Disporapar Anas Dwi Satya Prasadya, Sekretaris DLH Iman Saiman, Camat Tanara Farid Anwar Ibrahim, dan Sekretaris Diskan Rochyan Aglan. (*/red)

Solar yang Menguap, Nafkah yang Terhambat

By On Minggu, Agustus 10, 2025

Ilustrasi Antrean pengisian solar di SPBU. 


Oleh: Fadali Rahman

BEBERAPA waktu terakhir, pemandangan antrean panjang di SPBU kembali menjadi potret harian yang akrab di berbagai daerah, khususnya di kawasan timur Indonesia.

Truk-truk logistik berhenti total, mobil-mobil pengangkut hasil tani tidak bisa bergerak, dan perahu-perahu nelayan terparkir di pelabuhan kecil menanti tangki penuh. Mereka semua menunggu satu hal yang semakin sulit didapat: solar subsidi.

Bagi sebagian orang di kota besar, antrean solar mungkin hanya sekilas berita yang berlalu di layar televisi atau media sosial.

Namun bagi banyak masyarakat di lapisan bawah terutama para sopir, nelayan, petani, dan pelaku UMKM logistic keterlambatan mendapatkan solar berarti pendapatan yang hilang.

Lebih dari sekadar antrean, ini adalah jeda paksa dalam roda penghidupan mereka. Sebuah jeda yang terlalu panjang bisa mengancam kestabilan ekonomi keluarga.

Solar: Nafas Produksi dan Penghidupan

Seorang sopir truk pengangkut hasil pertanian, misalnya, biasanya mengandalkan sistem pembayaran harian atau per ritase. Jika ia tidak bisa mengisi solar, maka satu hari itu adalah hari tanpa penghasilan.

Sementara kebutuhan keluarga tidak bisa ditunda: makan, listrik, transportasi anak sekolah, hingga cicilan kredit yang kian menekan.

Nelayan pun demikian. Di banyak desa pesisir, mereka harus melaut sebelum subuh demi membawa pulang hasil tangkapan. Namun ketika solar langka, aktivitas melaut pun tertunda.

Bukan hanya mereka yang kehilangan penghasilan, tapi juga pasar lokal yang kekurangan pasokan ikan segar, dan tentu berdampak pula pada harga yang membebani konsumen.

Kita juga tidak boleh lupa para petani. Mesin-mesin pertanian yang menggunakan diesel, seperti pompa air atau alat bajak modern, bergantung penuh pada solar. Musim tanam dan panen yang bergeser akibat keterlambatan BBM bisa mengacaukan produktivitas dan distribusi hasil pertanian secara luas.

Dengan kata lain, solar adalah denyut ekonomi mikro masyarakat kecil. Ketika suplai solar terganggu, maka efek domino menjalar: dari keterlambatan pekerjaan, penurunan pendapatan, hingga terganggunya ketahanan pangan dan logistik lokal.

Energi yang Tidak Lagi Berkeadilan

Persoalan antrean solar tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan dalam distribusi energi nasional. Ironisnya, mereka yang paling bergantung pada solar justru sering menjadi kelompok yang paling kesulitan mengaksesnya.

Padahal dalam Pasal 33 UUD 1945 disebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Tapi dalam praktiknya, distribusi energi seperti solar masih sering gagal menjangkau mereka yang paling membutuhkan.

Di satu sisi, pemerintah berusaha menekan subsidi agar lebih tepat sasaran. Namun di sisi lain, kebijakan itu belum sepenuhnya menyentuh kenyataan lapangan.

Banyak nelayan yang belum memiliki kartu nelayan, banyak petani dan sopir yang tidak terdata secara resmi, sehingga akhirnya kalah dalam antrean atau bahkan tak mendapat jatah sama sekali.

Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 60 persen pelaku usaha kecil di sektor pertanian dan perikanan masih bergantung pada BBM bersubsidi. Jika distribusi ini tidak ditata ulang dengan pendekatan berbasis keadilan, maka kesenjangan akan terus melebar dan beban ekonomi rakyat kecil makin berat.

Menata Energi, Menata Harapan

Kita tidak sedang bicara tentang kelangkaan bahan bakar semata, tapi tentang kelangkaan kepastian hidup bagi rakyat kecil. Ketika truk tidak jalan, perahu tidak berlayar, atau sawah tidak bisa diairi, maka bukan hanya satu sektor yang terganggu, tapi mata rantai kehidupan ekonomi masyarakat pun terguncang.

Sebagai negara yang menjunjung tinggi keadilan sosial, sudah sepatutnya kita menyusun ulang sistem distribusi energi terutama solar dengan pendekatan kemanusiaan.

Energi adalah hak dasar pembangunan. Ia tidak boleh hanya menjadi komoditas yang diperjualbelikan, tetapi harus dimaknai sebagai sumber daya publik yang menjamin kehidupan masyarakat bawah.

Pemerintah pusat maupun daerah perlu segera memperbaiki sistem distribusi dengan:

a. Pendataan ulang penerima manfaat subsidi,

b. Digitalisasi distribusi dan pengawasan SPBU,

c. Prioritas suplai untuk sektor produktif rumah tangga seperti pertanian, perikanan, dan logistik kecil,

d. Edukasi masyarakat untuk penggunaan yang tepat.

Antrean solar tidak boleh lagi dianggap rutinitas biasa. Ia adalah sinyal keras dari sistem yang belum berpihak.

Setiap liter solar yang tertunda bukan hanya menghentikan mesin, tapi juga memperlambat langkah ekonomi keluarga yang menggantungkan hidup pada kerja harian.

Sudah saatnya negara benar-benar hadir. Bukan sekadar mengatur distribusi, tapi juga menjamin bahwa energi tidak menguap sia-sia, dan nafkah rakyat tidak terus-menerus terhambat oleh sistem yang tumpul ke bawah.

Penulis adalah Dosen Magister Manajemen Universitas Madura.


Sumber: detik.com

Pemerintah Siapkan Pulau Galang Batam Jadi Pusat Pengobatan Warga Gaza

By On Jumat, Agustus 08, 2025

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi. 

JAKARTA, DudukPerkara.News – Presiden Prabowo Subianto menegaskan, Pemerintah RI telah menyiapkan pusat pengobatan untuk warga Gaza di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau.

Pusat kesehatan di Pulau Galang itu disebut dapat menampung hingga 2.000 warga Gaza.

Meski begitu, pemerintah memastikan rencana ini bukan bagian dari upaya mengevakuasi warga Gaza dari tanah kelahirannya.

“Ini memang bukan evakuasi ya, ini untuk pengobatan,” ujar Kepala PCO, Hasan Nasbi kepada wartawan saat Konferensi Pers yang digelar di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 07 Agustus 2025.

Menurutnya, setelah warga Gaza yang menjalani pengobatan di Pulau Galang sudah sembuh, mereka tentunya akan kembali lagi ke Gaza.

“Jadi, bukan memindahkan warga, tapi kita semacam operasi kemanusiaan untuk membantu sebanyak yang kita bisa,” ujarnya.

Namun demikian, Hasan tak menjelaskan lebih lanjut ihwal kapan pemerintah akan mulai membawa 2.000 warga Gaza yang menjadi korban peperangan ke Pulau Galang untuk menjalani pengobatan.

“Presiden meminta Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri untuk menyiapkan sistem, tata cara, dan prosesnya seperti apa. Dan mungkin nanti teman-teman bisa follow up ke Kementerian Luar Negeri atau Kementerian Pertahanan,” ujarnya. (*/red)

Prabowo Bilang Ada Orang Tak Berkeringat Pengen Masuk Kabinet

By On Jumat, Agustus 08, 2025

Presiden Prabowo Subianto

JAKARTA, DudukPerkara.News – Spekulasi tentang adanya Reshuffle Kabinet telah diakhiri oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di hadapan para Menteri.

Meski tidak membantah, tapi Prabowo menyatakan bahwa isu reshuffle disebar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

“Itu banyak pengamat yang bilang ada Reshuffle. Yang ngomong begitu dan nyebarin pasti yang pengen masuk,” demikian disampaikan salah satu Menteri peserta pengarahan Presiden, menirukan pernyataan Prabowo kemarin.

Hal tersebut disampaikan Prabowo saat mengakhiri pengarahan pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, pada Rabu, 06 Agustus 2025.

Prabowo menyebut, ada pihak yang sedang ngebet pengen kursi Menteri sehingga mendorong Reshuffle Kabinet dan melemparkan banyak spekulasi.

“Enak aja nggak berkeringat pengen masuk, ha-ha-ha...,” demikian pernyataan Prabowo ditirukan Menteri tersebut kepada wartawan.

Selanjutnya peserta sidang Kabinet pun tertawa ramai ramai. (*/red)

Gelar OTT di Sultra, Sulsel dan Jakarta, KPK Tangkap Tujuh Orang

By On Jumat, Agustus 08, 2025

Ilustrasi OTT KPK. 


JAKARTA, DudukPerkara.News Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabarkan menggelar Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Sulawesi Tenggara (Sultra), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Jakarta.

“Benar bahwa hari ini kami dari Deputi Penindakan dan Eksekusi melakukan tangkap tangan di beberapa tempat di daerah Sulawesi Tenggara,” kata Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, Kamis, 07 Agustus 2025.

“Kemudian di Jakarta dan yang masih berlangsung sementara di Sulawesi Selatan,” imbuhnya.

Menurutnya, hasil penangkapan di Jakarta dan Sulawesi Tenggara telah dibawa penyidik ke Gedung Merah Putih KPK. Selanjutnya, hasil operasi tangkap di Sulawesi Selatan akan segera dibawa ke KPK.

Total jumlah yang dibawa dari OTT di Jakarta berjumlah tiga orang. Sementara dari Sulawesi Tenggara tepatnya di Kendari empat orang.

Namun Asep belum merinci terkait berapa jumlah orang yang berhasik ditangkap penyidik di Sulawesi Selatan.

“Tinggal tunggu sisanya karena memang perjalanannya jauh, mungkin tengah malam atau besok pagi sampai,” ujarnya.

Menurut Asep, kasus ini berkaitan dengan pembangunan rumah sakit atau peningkatan kualitas rumah sakit menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK). (*/red)

Lepas Ekspor Emping Melinjo, Gubernur Andra Soni: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Potensi Lokal

By On Jumat, Agustus 08, 2025


SERANG, DudukPerkara.News – Ekspor emping melinjo yang merupakan produk unggulan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Provinsi Banten menjadi pengungkit ekonomi dan keberlanjutan UMKM lokal. 

Menjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui potensi lokal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Hal itu dikatakan Gubernur Banten, Andra Soni saat melakukan pelepasan ekspor emping melinjo ke Arab Saudi di Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Jln. Raya Serang-Jakarta, Penancangan, Cipocok Jaya, Kota Serang, Kamis, 07 Agustus 2025.

Andra Soni menyampaikan apresiasi atas kerja sama tersebut dan menegaskan bahwa ekspor emping melinjo seberat 6,48 ton itu merupakan langkah konkret mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Saya berharap kegiatan seperti ini menjadi pengungkit ekonomi dan membuka jalan ekspor berkelanjutan bagi UMKM lokal. Ini bukan hanya soal pengiriman barang, tetapi tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui potensi lokal,” ujarnya.

Menurutnya, emping melinjo memiliki daya tarik tersendiri di pasar ekspor, khususnya negara-negara dengan komunitas diaspora Indonesia yang besar seperti Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, dan Singapura.

“Nilai ekspor hari ini mencapai 35.640 US $ atau Rp. 573.804.000 ke negara Arab Saudi. Potensi serupa bisa kita dapat dari pasar lokal bila dikelola maksimal. Emping adalah makanan khas yang dicintai masyarakat,” jelasnya.

Andra Soni juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengawal UMKM naik kelas.

Ia mengapresiasi dukungan Bea Cukai, BPOM RI, serta perangkat daerah teknis yang telah aktif mendampingi pelaku UMKM dalam memenuhi persyaratan ekspor.

“Perizinan dan pembinaan usaha harus difasilitasi, bukan dipersulit. Pemerintah harus berpihak kepada pelaku usaha kecil karena mereka punya semangat besar. Tugas kita menciptakan iklim usaha yang kondusif,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Babar Suharso dalam laporannya menyampaikan, ekspor kali ini merupakan bagian dari ekspor kelima CV Novan ke Arab Saudi, dengan volume mencapai 6,48 ton. CV Novan sendiri telah melakukan ekspor ke berbagai negara termasuk Singapura, Korea, Australia, dan Amerika Serikat.

“Hingga Juli 2025, nilai ekspor IKM Provinsi Banten telah mencapai Rp 32 miliar. Ini bukti bahwa produk UMKM kita sangat diminati pasar global,” ujar Babar.

Menurutnya, kerja sama antara CV Novan dan PT ABM diharapkan mampu memperkuat rantai produksi emping di Banten yang melibatkan ribuan pengrajin dari Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak.

Babar juga mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan komoditas unggulan lain yang untuk diekspor seperti gula aren, talas beneng, cokelat kakao, dan kelapa.

Sementara itu, Direktur Utama CV Novan Putra, Donny Novan mengatakan, sejak 2007, perusahaannya telah aktif mengekspor produk ke sejumlah negara.

Dukungan dari pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dinilai sangat penting dalam menjaga keberlanjutan ekspor.

“Kami fokus pada peningkatan produksi dan kualitas. Dengan dukungan semua pihak, kami optimistis ekspor emping dan produk lokal lainnya dari Banten akan terus tumbuh,” ujar Donny. (*/red)

Kunjungi PT Polyplex Cikande, Bupati Ratu Zakiyah Pastikan Industri Prioritaskan Tenaga Kerja Lokal

By On Jumat, Agustus 08, 2025


SERANG, DudukPerkara.News – Bupati Serang, Ratu Rachmatuzakiyah kembali menegaskan agar industri di Kabupaten Serang memprioritaskan warga lokal sebagai tenaga kerjanya. Selain itu, industri juga harus berdampak positif terhadap lingkungan sekitarnya.

Penegasan itu disampaikan Bupati Serang, Ratu Zakiyah di depan para Direksi PT Polyplex Training Center, Kawasan Modern Cikande, Kamis, 07 Agustus 2025.

Bupati mengatakan, perlu sinergisitas dan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dengan industri.

“Kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri, kita perlu sinergisitas. Perusahaan perlu tenaga kerja, Pemkab perlu penyerapan tenaga kerja bagi warga lokal,” tegasnya.

Bupati juga menyambut baik kehadiran perusahaan Polyplex di Kabupaten Serang.

“Kami mendapatkan laporan bahwa sebagian besar dari total tenaga kerja yang ada di Polyplek ini 70 persen adalah warga Kabupaten Serang. Ini merupakan hal yang sangat baik,” ujarnya.

Menurut Bupati, perlu komitmen seluruh perusahaan untuk memberikan peluang lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada di Kabupaten Serang.

“Penyerapan tenaga kerja lokal  tentu harus kami apresiasi,” ujarnya.

Bupati juga mengapresiasi perusahaan yang berkomitmen menghilangkan praktek pungli dalam rekrutmen tenaga kerja seperti yang dilakukan di PT Polyplex.

“Saya juga mengimbau kepada seluruh perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Serang untuk berkomitmen yang sama yakni memberantas pungli dan praktik percaloan,” pungkasnya.

Bupati juga meminta kepada perusahaan agar dapat menyalurkan CSR bagi warga sekitar. CSR adalah tanggung jawab sosial yang harus dijalankan perusahaan kepada warga sekitar.

Bupati juga mengatakan, pihaknya akan mengajak industri untuk bersama-sama menangani sampah dengan baik. Penanganan sampah harus dilakukan secara kolaboratif dengan berbagai pihak agar hasilnya maksimal.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III DPRD Provinsi Banten, Dede Rohana Putra yang turut hadir menyambut baik investasi di Kabupaten Serang.

Menurutnya, pihaknya akan mensupport investasi di Serang.

“Kita akan support industri agar berkembang di sini. Namun yang penting masyarakat lokal bisa bekerja dan dapat menikmati CSR,” ujarnya.

Sementara, Somvir Singh, dari Polyplex menegaskan, pihaknya memastikan menyerap tenaga kerja lokal.

Kata dia, perusahaannya ini berbasis di New Delhi India dan sudah memiliki cabang di beberapa negara termasuk di Cikande, Kabupaten Serang, Banten, Indonesia. (*/red)

Bendera dan Kekuasaan yang Takut

By On Jumat, Agustus 08, 2025

Bendera One Piece


Oleh: Firdaus Arifin

IA hanya selembar kain. Dua warna. Merah dan putih. Ia tak bisa bicara. Tak bisa memerintah. Tapi jutaan orang tunduk padanya. Mati karenanya. Berdiri kaku di bawah tiangnya setiap Senin pagi. Dan kadang, membentaknya ketika mulai pudar.

Di satu sisi lain, bendera juga hadir dalam bentuk lain: tengkorak tersenyum di atas latar hitam. Fiksi. Diciptakan di atas kertas. Namun, ia hidup dalam layar, poster, kaus, dan mimpi.

Satu bendera diperintah undang-undang untuk dihormati. Satu lagi disukai karena kisah yang ia bawa. Keduanya berkibar, Tapi tidak selalu diterima.

Ketakutan

Negara, seperti kekuasaan mana pun, takut pada yang tak bisa dikendalikan. Bendera Merah Putih diatur dengan hukum. Siapa boleh mengibarkan, di mana, kapan, dan bagaimana cara melipatnya. Ia adalah bendera yang telah disakralkan. Bahkan oleh aturan.

Namun, ketika bendera fiksi—Jolly Roger dari One Piece—dikibarkan di tiang bambu, berdampingan, atau bahkan di bawah Merah Putih, negara menjadi gelisah.

Sebuah ancaman dibaca dari kain. Bendera menjadi alat tafsir politik. Bukan sebagai bentuk ekspresi, tapi indikasi pembangkangan. Bendera fiksi, katanya, bisa mencederai kehormatan nasional. Padahal, kehormatan tak tinggal di kain. Ia tinggal di makna.

Dalam cerita-cerita yang kita wariskan. Dalam keyakinan bahwa dua warna itu bukan hanya komposisi visual, tapi simbol keberanian dan kesucian. Makna bisa pudar. Tergerus waktu. Ketika simbol tak lagi dihidupi oleh cerita, ia jadi slogan. Maka tak mengherankan jika sebagian anak muda merasa lebih dekat dengan bendera bajak laut fiksi yang membawa petualangan dan perlawanan, ketimbang bendera resmi yang hanya datang bersama upacara, pidato, dan peringatan.

Luffy melawan kekuasaan yang korup. Bersama krunya, ia menantang struktur yang tak adil. Dunia fiksi itu, walau kartun, menyampaikan hal-hal yang nyata: penindasan, solidaritas, keberanian. Ia menjadi pelabuhan imajinasi bagi mereka yang merasa tak terwakili di dunia nyata.

Dan bendera mereka, Jolly Roger, bukan sekadar lambang. Ia adalah janji: bahwa siapa pun bisa bermimpi besar, bahkan dari kapal kecil. Kekuasaan takut pada lambang seperti itu. Bukan karena bentuknya, tapi karena ia hidup. Ia dipercaya. Pasal demi pasal dikutip.

UU Nomor 24 Tahun 2009 menjadi tameng negara. Bahwa tak boleh ada bendera lain yang berkibar bersama Merah Putih.

Bahwa simbol negara tak bisa didampingi. Namun hukum, seperti simbol, juga punya ruh. Tanpa ruh, ia jadi alat represi.

Mengibarkan bendera bajak laut bukan makar. Ia bukan pengkhianatan, tapi pencarian. Pencarian akan makna kebangsaan yang terasa semakin abstrak. Semakin jauh dari rakyat. Namun negara tak melihatnya begitu. Negara melihat kain. Negara tak mendengar narasi. Negara hanya mencatat pelanggaran.

Kepanikan

Dan seperti semua kepanikan, ia membesar. Polisi dikerahkan. Gubernur bersuara. Menteri mengingatkan. Wartawan mengamplifikasi. Semua atas nama menjaga martabat bendera. Padahal yang terancam bukan Merah Putih. Yang sebenarnya terancam adalah kepercayaan pada simbol itu sendiri.

Bendera tak butuh perlindungan hukum jika ia masih hidup dalam jiwa rakyat. Tapi jika ia hanya berdiri karena takut, bukan karena cinta—maka ia sudah setengah mati.

Kita sering lupa, bahwa cinta pada Tanah Air tak tumbuh dari perintah. Ia tumbuh dari penghayatan. Dari cerita-cerita kecil yang ditanam sejak dini. Dari sekolah yang tak hanya menyuruh hormat bendera, tapi juga membuat murid mencintainya.

Dari guru yang bukan sekadar membacakan teks proklamasi, tapi menjelaskan kenapa ia dibacakan. Jika negara takut pada simbol lain, mungkin yang perlu diperiksa bukan simbol itu, tapi mengapa ia lebih dipercaya.

Goenawan Mohamad pernah menulis, dalam konteks berbeda, bahwa kekuasaan sering takut pada bayangan yang ia ciptakan sendiri. Dan barangkali itu juga yang terjadi di sini.

Bendera fiksi menjadi bayangan dari krisis yang tak kita akui: krisis imajinasi nasional. Karena ketika negara gagal menyuplai narasi, rakyat akan menciptakannya sendiri—di mana saja, dari siapa saja, bahkan dari anime.

Bendera adalah jantung dari banyak revolusi. Namun, revolusi tak pernah lahir dari kain. Ia lahir dari keyakinan. Ketika keyakinan itu tergantikan oleh ketakutan, maka yang tinggal hanya formalitas.

Jangan salahkan anak muda yang mencintai bendera bajak laut. Salahkan kita yang gagal membuat mereka jatuh cinta pada bendera sendiri. Dan kepada kekuasaan: jangan takut pada fiksi. Takutlah ketika kenyataan kehilangan daya pikatnya.


Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat


Sumber: Kompas.com

Perjudian Sabung Ayam di Desa Karangduren Jember Ada Pembiaran, Diduga Penyelenggara Judi Orang dalam Polda Jatim dan Polres Jember

By On Kamis, Agustus 07, 2025



JEMBER, DudukPerkara.News – Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, menegaskan, pemberantasan perjudian adalah bentuk upaya untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri.

Tetapi hal ini tidak dilakukan oleh jajarannya. Satu pekan pemberitaan terkait perjudian di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), sempat menjadi pergunjingan masyarakat luas. Sampai detik ini perjudian di Dusun Krajan, Desa Karangduren, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, tidak satu pun ada yang ditangkap penyelenggara judi maupun pemain lokal maupun luar daerah, Kamis, 07 Agustus 2025.

Narasumber Rud (58) membeberkan permasalah perjudian darat seperti sabung ayam, dadu dan cap Djiki belum ada yang tertangkap sampai saat ini.

“Harapan masyarakat Jember, penyakit masyarakat harus ditindak tegas. Kepolisian Polda Jawa Timur bersama Jajarannya, Polres dan Polsek, harus tegas dalam penegakan hukum, jangan kalah dengan PREMAN,” ujar Rud.

Menurut informasi, pengelola arena itu bernama Yon dan Imam.

“Mereka selalu dikatakan memang orangnya Resmob Polres Jember dan Polda Jatim mas. Mangkanya mereka tenang aja bukak kalangan, tanpa ada hambatan,” ujar Rud.

“Informasi apa terkait kriminallitas di Jember maupun narkoba, pihak jajaran Kepolisian pasti minta bantuan mereka,” urainya.

“Pesan kami juga kepada tokoh agama ranting Balung, segera berkordinasi dengan pihak Kepala Desa, Koramil, Polsek, Kecamatan untuk membahas wilayahnya tempat penyakit Masyarakat. Biar segera ditertibkan para pelaku membuat rusuh di Kecamatan Balung, karena adanya arena itu. Wilayah Jember sudah tidak kondusif kembali, meningkatnya kriminalitas, pencurian hewan, ranmor, jambret dan banyak kejahatan,” pungkasnya. (*/red)

Ini Sosok Komjen Dedi Prasetyo, Wakapolri Baru yang Ditunjuk Kapolri Sigit

By On Rabu, Agustus 06, 2025

Komjen Dedi Prasetyo. 

JAKARTA, DudukPerkara.News – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menunjuk Komjen Dedi Prasetyo menjadi Wakapolri. Ia menggantikan posisi Komjen Ahmad Dofiri yang telah pensiun.

“Secara keseluruhan terdapat 61 personel yang dimutasi, dengan rincian 34 personel promosi/flat, 4 personel penugasan khusus (Gassus), dan 23 personel pensiun,” ujar Kadiv Humas, Irjen Pol Sandi Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 05 Agustus 2025.

Mutasi itu tertuang dalam dua surat, yakni Nomor Kep/1186/VIII/2025 dan Nomor ST/1764/VIII/KEP./2025, yang diterbitkan pada 5 Agustus 2025.

Profil Komjen Dedi Prasetyo

Dilansir dari laman humas.polri.go.id, Komjen Dedi Prasetyo merupakan perwira tinggi kelahiran Magetan, Jawa Timur (Jatim), pada 26 Juli 1968.

Dedi Prasetyo kemudian menyelesaikan pendidikan sebagai perwira tinggi Polri pada Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) pada 1990.

Saat itu di masa Orde Baru, Akademi Kepolisian belum dipisah dan masih menjadi satu dengan Akabri.

Setelah lulus dari pendidikan, Dedi Prasetyo mengawali karier profesional sebagai Kaurbinopsnal Satreskrim Polres Lamongan pada Polda Jatim.

Kariernya terus menanjak dan berselang enam tahun kemudian, Dedi diberi jabatan sebagai Kapolsek Serpong pada Polresta Tangerang, di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Selanjutnya pada 2008, Dedi diberi tugas baru sebagai Kapolres Kediri Kota, Jatim.

Dedi kemudian menjabat sebagai Karo SDM Polda Jawa Tengah pada 2012 berpangkat Komisaris Besar.

Setelah itu, Dedi Prasetyo diangkat sebagai Wakapolda Kalimantan Tengah pada 2017 dan naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen).

Kemudian Dedi ditarik ke Mabes Polri untuk ditempatkan sebagai Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri pada 2018.

Pada 2019, Dedi Prasetyo diberi tugas sebagai Karobinkar SSDM Polri.

Setahun setelah itu Dedi kembali ditugaskan ke wilayah menjadi Kapolda Kalimantan Tengah.

Dedi lalu kembali ditarik ke Mabes Polri dan menjabat sebagai Kadiv Humas Polri sejak 2021.

Namanya juga pernah menempati Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia pada 26 Februari 2023-11 November 2024.

Setelah itu, Dedi Prasetyo ditunjuk menjadi Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri pada 11 November 2024.

Kini lewat Surat Telegram Nomor:ST/1764/VIII/KEP./2025 per tanggal 5 Agustus 2025, Komjen Dedy Prasetyo ditunjuk sebagai Wakapolri oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Ia menggantikan Ahmad Dofiri yang pensiun pada akhir Juni lalu. (*/red)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *